
Kondisi ini tentu membuat kita prihatin. Lebih prihatin lagi mungkin bagi anda yang berprofesi sebagai guru bahasa di sekolah. Kemampuan berbahasa yang baik dan benar para remaja mulai berada di titik terendah baik dari segi kuantitas, terlebih kualitas. Sastrawan besar Indonesia, Taufik Ismail, sebelumnya seringkali mengingatkan bahwa kemampuan berbahasa merupakan kemampuan dasar dan krusial setiap bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa berbahasa dengan santun. Bagaimana jadinya masyarakat Indonesia kedepan, jika kemampuan bahasa remaja seperti ini?
Gaya berbahasa berkaitan erat dengan bahan bacaannya. Kalau yang dibaca remaja selalu masalah-masalah percintaan yang beraliran gombalisme, maka tidak heran jika pikiran mereka pun tidak terbiasa dengan hal-hal lain yang sebenarnya sangat penting. Jika pikirannya hanya disibukkan oleh hal-hal semacam itu, maka jangan heran jika mereka cenderung menghindar dari pembicaraan-pembicaraan serius (dan tentu juga tulisan-tulisan yang serius).
Karenanya, sesering mungkin, anda mengingatkan remaja anda untuk memilah milah bacaan yang akan dikonsumsinya agar mereka mampu menjadi generasi masa depan yang mencintai bahasa negerinya.
0 komentar:
Posting Komentar